
Freedom of speech saat ini sepertinya menjadi sebuah aturan baru dalam masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Hal ini terlihat dari semakin bebasnya orang mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, tanpa terlebih dahulu menyaringnya.
Kebebasan berbicara erat hubungannya dengan budaya, dalam budaya barat setiap orang bebas berbicara apapun tanpa ada larangan sedangkan dunia timur kebebasan berbicara menjadi sebuah hal yang tabu. Islam tidak meniru budaya barat atau timur karena memiliki aturannya sendiri dalam hal kebebasan berbicara.
Al Quran mengatur kebebasan berbicara dalam surah al-Isra’ ayat 36 yang artinya:
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Mengutip dari Jurnal Ilmu Al Qur’an dan Tafsir yang berjudul Kebebasan beragama dan berbicara dalam bingkai kajian tafsir nusantara yang ditulis oleh Miftahul Jannah bahwa Al-Qur’an dan hadis memperkenankan manusia untuk berbicara, menulis, dan menyampaikan informasi. Hanya saja Al-Qur’an memberi rambu-rambu dalam hal tersebut, yaitu bermakna, bermanfaat, dan tidak mengakibatkan permusuhan dan dosa. Al-Qur’an juga mengajarkan agar berbicara tentang hal yang jelas ujung pangkalnya serta dilarang membicarakan sesuatu yang tidak diketahui.
Kebebasan berbicara adalah kebebasan yang menunjukkan sebuah hak untuk berbicara secara bebas tanpa ada batasan, namun dalam hal ini tidak diperbolehkan menyebarkan kebencian. Kebebasan berbicara adalah sesuatu hal yang penting bagi setiap individu, oleh karena itu kebebasan berbicara ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin seperti menyebarkan kebaikan, dan tidak menyebarluaskan kejahatan.
Kebebasan berbicara memiliki sisi baik dan juga sisi buruk, sisi baiknya dapat secara bebas melepaskan ide yang ada di kepala sedangkan sisi buruknya adalah tidak semua yang dikatakan adalah baik. Kebebasan berbicara pada dasarnya tidak hanya mengenai memikirkan apa kata orang tetapi lebih dalam tentang apa yang ingin kita dapatkan.
Mengapa sebuah perkataan bisa menjadi sebuah kenyataan
Perkataan memiliki sebuah kekuatan yang tidak dapat terukur. Oleh karena itu perkataan yang bermanfaat akan lebih baik daripada perkataan yang sia-sia. Seperti halnya orang yang sering melakukan ujaran kebencian maka kebencian akan mendekat kepadanya. Berbeda dengan orang yang sering berkata baik, maka kebaikan akan menghampirinya selalu.
Dikutip dari sebuah halaman edwardrhidwan.id. Dalam ilmu Antropologi, ada satu cabang ilmu yang disebut “labelling theory” atau “teori menandai.” Teori ini mengatakan bahwa identitas dan kepribadian seseorang ternyata ditentukan oleh kata apa yang dominan dilabelkan kepadanya.
Sebagai contoh, jika seseorang sering dipanggil “si jahat” atau “si pemalu” pada akhirnya benar-benar akan menjadi seperti itu. Begitu pula halnya jika seseorang sering diberitahukan hal-hal positif, pada akhirnya ia akan menjadi benar-benar positif dalam hidupnya.
Andrew Newberg, M.D. dan Mark Robert Waldman, dalam bukunya, “Words Can Change Your Brain“, bilang kalo satu kata punya kekuatan mempengaruhi gen yang mengatur tekanan fisik dan emosional seseorang.
Artinya, apa yang kita katakan pada seseorang akan sangat menentukan bagaimana mereka akan memperlakukan kita.
Sebagai manusia kita tentunya selalu menginginkan kehidupan yang lebih baik dari hari kehari. Oleh karena itu menjalankan ajaran islam untuk berkata yang baik atau diam dapat segera dilakukan. Hal ini juga sekaligus menjalankan sunnah nabi, karena beliau berkata dalam haditsnya,
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya dia berkata baik atau diam” (HR Muslim no 222)